CEGAH ZIKA, LAVITRAP DIPASANG DI AREA BANDARA SOEKARNO-HATTA
Jumat, 16 September 2016 | 10:13 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, memasang sekitar 500 lavitrap di area bandara untuk mencegah penyebaran virus zika. Lavitrap merupakan perangkap larva atau perindukan nyamuk buatan.
Melalui siaran tertulis, Kepala KKP dr. H.C. Susanto, MSA, Sp.KP mengatakan, pemasangan lavitrap di wilayah bandara diperlukan untuk mencegah perkembangan nyamuk Aedes Aegypti yang membawa viruszika.
“Tujuan pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes sampai serendah mungkin sehingga kemampuan sebagai vektor menghilang," kata Susanto, Kamis (15/9/2016).
Lavitrap akan ditempatkan di area bandara yang rentan menjadi lokasi berkembangbiaknya nyamuk. Nyamuk Aedes dapat bertelur di lavitrap. Namun, larva yang tumbuh akan bergerak ke dasar dan terperangkap di bawah kasa.
Akhirnya, larva pun gagal berkembang menjadi nyamuk dewasa. Meskipun tetap tumbuh menjadi nyamuk dewasa, nyamuk tidak akan bisa terbang dan mati.
dok. KemenkesLavitrap atau perangkap larva yang dipasang di wilayah Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran zika, di bandara internasional tersebut sebenarnya sudah dipasang thermal scanner. Akan tetapi, thermal scanner dinilai kurang efektif untuk mengidentifikasi seluruh penumpang dari infeksi zika.
Sebab, masa inkubasi Virus zika adalah 2-7 hari setelah terinfeksi virus ini. Gejalanya antara lain, demam mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung dan kaki, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, hingga mata merah. Beberapa orang yang terinfeksi juga tidak mengalami demam tinggi.
Tak tertutup kemungkinan virus zika juga menyebar di Indonesia. Apalagi, saat ini sudah ditemukan sekitar 250 kasus infeksi virus zikadi Singapura, negara yang sangat dekat dengan Indonesia.