JAJARAN KESEHATAN PELABUHAN BANDARA SOETA, PERSIAPKAN PENCEGAHAN VIRUS ZIKA
JAKARTA (wartamerdeka) – Berkembangnya pengaruh penyebaran virus Zika belakangan ini, membuat beberapa Negara harus segera mengantisipasinya, termasuk Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Organisasi Kesehatan Global (WHO) sebelumnya menyatakan, virus Zika diduga kuat menyebabkan lonjakan jumlah bayi cacat di Amerika Selatan, sebagai kondisi darurat kesehatan internasional. Sebagai Negara yang perlintasan antar warga Internasionalnya cukup tinggi, Indonesia rentan dengan penyebaran virus Zika.
Sebab itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memanggil Menteri Kesehatan RI, untuk segera mengambil langkah-langkah antisipatif.
“Yang kami ketahui, Bapak Presiden Jokowi sudah memanggil Ibu Menteri Kesehatan, pada tanggal 3 Februari lalu di Istana Negara. Selanjutnya, kami dari KKP akan rapat dengan Ibu Menteri besok Jumat, untuk mendengarkan instruksi pelaksanaannya,” ujar dr. Oenedo Gumarang, M.PHM, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas 1 Bandara Soekarno Hatta (Soeta), saat dihubungi Kamis (04/02/2016) di kantornya.
Menurut Oenedo, tindakan antisipatif harus segera dilakukan, mengingat Bandara Soeta memiliki arus lalu-lintas warga Internasional yang cukup tinggi.
“Kita harus segera mengambil langkah-langkah antisipatif, mengingat Bandara Soeta memiliki arus lalu-lintas warga Internasional yang cukup tinggi. Termasuk bandara Internasional di berbagai provinsi lainnya,” tandasnya.
Dijelaskan Oenedo, dalam pelaksanaan teknis, KKP bekerjasama dengan pihak airline di bandara Soeta. Terutama mendeteksi semua penumpang pesawat, dari Negara yang diindikasikan sebagai asal penyakit Mers sebelumnya, seperti dari Arab Saudi.
“Kami bekerjasama dengan seluruh airline yang ada di bandara Soeta. Jika ada penumpang yang diketahui terjangkit penyakit, maka kami langsung diberitahukan pihak airline. Terutama dari Arab Saudi, yang diketahui sebagai asal terjangkitnya penyakit Mers,” jelasnya.
Sementara untuk pencegahan pengaruh virus Zika, secara prinsip, kerjasama dengan pihak airline akan tetap dilakukan sebagaimana sebelumnya. Demikian juga kerjasama dengan Dinas-dinas Kesehatan di berbagai daerah, terutama daerah tujuan penumpang terindikasi pengaruh virus Zika.
Meski demikian, lanjut Oenedo, upaya antisipasi lainnya tetap dilakukan secara dini, berupa pembersihan rutin.
“Kita selalu ada pembersihan rutin untuk mencegah penyebaran jentik-jentik nyamuk di seluruh area Bandara Soekarno-Hatta. Pembersihan itu dilakukan rutin per minggu. Berbagai tempat yang dianggap sebagai sarang jentik di area bandara terus dibersihkan,” imbuhnya.
Tindakan preventif ini dilakukan, karena tak hanya mengantisipasi peredaran virus Zika. Akan tetapi juga untuk virus DBD (demam berdarah dengue) di karenakan kedua virus itu sama-sama disebarkan lewat nyamuk.
WHO menyebutkan, lonjakan dalam kasus microchepaly, suatu kondisi buruk saat bayi dilahirkan dengan otak dan kepala kecil, kemungkinan dikarenakan virus Zika yang ditularkan melalui nyamuk. Kondisi ini dianggap sebagai situasi darurat kesehatan internasional. WHO juga mendapat tekanan untuk Genjah mengatasi Zika setelah sebelumnya mengakui telat merespons terhadap virus Ebola yang menjangkiti sebagian wilayah Afrika Barat.
Sementara itu diketahui, jajaran KKP Bandara Soeta dibawah pimpinan Oenedo, baru-baru ini mengadakan rapat kerja dengan Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Rapat membahas soal RUU Kekarantinaan Kesehatan, dan langkah-langkah antisipatif berbagai penyakit yang menjadi warning organisasi kesehatan dunia.
Dalam kesempatan tersebut, Oenedo berharap, RUU Kekarantinaan Kesehatan sudah disahkan DPR menjadi Undang-undang (UU).
“Kita sih berharap, tahun 2016 ini RUU Kekarantinaan Kesehatan sudah disahkan DPR menjadi UU. Sehingga dapat segera diimplementasikan di berbagai bandara,” ujarnya, usai rapat dengan Komite III DPD RI, di lobi Gedung B DPD RI lantai 2, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (02/02/2016). (DANS)